MAJENE, Salah satu pengusaha batu bata di lingkungan Leppe Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene, Aminuddin (44), saat ini telah menggunakan mesin pencetak untuk membuat batu bata.
Ditemui di lokasi pembuatan batu bata, Selasa (21/2/2023) Udin, sapaan akrab Aminuddin mengatakan, sejak memproduksi batu bata dengan menggunakan mesin cetak, pendapatannya justru semakin berkurang dengan hitung-hitungan besaran biaya produksi.
“Bagaimana tidak, besaran biaya produksi mulai dari sewa mesin, sewa tanah, harga kayu, dan biaya pembakaran, yang juga memakai karyawan,” tutur lelaki yang hobi mengutak-atik mesin dan juga bisa jadi tukang Kayu dan tukang batu.
Jika dihitung, lanjut Udin, pembakaran 30 ribu batu bata, dengan harga penjualan Rp 470 per bijinya, maka total harga penjualan hanya berkisar Rp 13,5 juta. “Sedangkan biaya produksi Rp.9,95 juta. Jadi coba bayangkan sisa bersih pendapatan,” keluhnya.
Pembuat bata yang sudah 17 tahun menggeluti pekerjaannya itu melanjutkan, dari segi produksi dengan penggunaan mesin, tentu tahap produksinya bisa lebih cepat, yang biasanya sebelum menggunakan mesin (manual), sekurang kurangnya dua bulan, tapi dengan memakai mesin cetak bisa hanya satu bulan sampai pembakaran.
Udin mengaku, sejak merebak bahwa kondisi keuangan daerah Majene tengah defisit, penjualan batu bata cukup menurun. “Mungkin pengaruh keuangan Daerah,” pungkasnya sesekali mengisap rokoknya. (Arjun)













